Hendra/Ahsan Menolak Tua Demi Olimpiade 2020 Tokyo

Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan menolak tua demi Olimpiade 2020 Tokyo. (Agung Pambudhy/detikSport)Jakarta - Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan bertekad menembusOlimpiade 2020 Tokyo. Mereka membawa semangat menolak tua menuju pesta olahraga sejagat empat tahunan itu. 

Hendra (34 tahun) dan Ahsan (31 tahun) membuktikan belum habis di persaingan bulutangkis dunia. Pasangan berjuluk The Daddies itu mengukuhkannya dengan menyabet gelar juara turnamen bulutangkis tertua di dunia, All England 2019.

Tampil sebagai unggulan keenam, Hendra/Ahsan menjadi satu-satunya wakil Indonesia di final All England 2019. Harapan dari publik agar Indonesia juara tetap ada, namun tak sebesar saat Merah Putih juga masih memiliki Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di semifinal. 

Apalagi, Hendra tampil dengan kondisi kurang bugar. Bapak tiga anak itu didera cedera betis kanan. Penampilannya pada final di Arena Birmingham melawan pasangan Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, menjadi spekulasi seharian. 

Tapi kemudian, Hendra memastikan untuk tetap manggung pada partai puncak All England 2019, Minggu (10/3). Hendra/Ahsan bertarung poin demi poin namun tertinggal jauh pada gim pertama 11-21. 

Gim kedua berjalan lebih mulus untuk Hendra/Ahsan. Mereka membuka harapan dengan memaksa penonton memberikan tepuk tangan semakismal mungkin di tiap poin yang diraih. Gim kedua diselesaikan dengan skor 21-14. Mereka juara!
Hendra/Ahsan kian menghibur akhir pekan suporter bulutangkis dunia di gim ketiga. Seperti mengukuhkan julukan The Daddies, mereka menunjukkan sebagai ayah yang mengabulkan harapan anak-anaknya, Hendra dan Ahsan tak memberikan harapan palsu (PHP). Mereka menghadiahkan kemenangan gim ketiga dengan skor 21-12 dan menyegel gelar juara All England 2019. 

"Saya cuma mencoba enggak mikirin cedera, toh saya pernah cedera lebih parah di Asian Games 2020. Bahkan, saat itu, saya sudah cedera dari babak awal dan bisa dapat medali emas juga," ujar kata Hendra. 

Sukses itu pun dirayakan Hendra/Ahsan di tengah lapangan, berlanjut ke atas podium. Kegembiraan menjalar lewat Youtube, siaran langsung televisi, media daring, dan media sosial. Semua kompak mengabarkan berita suka cita itu. 

Apresiasi mengalir deras, dari PBSI, Kemenpora, hingga Presiden Jokowi. Juga dari pebulutangkis nasional serta mereka yang biasa menjadi rival. 

Secara tersurat dan tersirat mereka kompak bersepakat jika nilai juara Hendra/Ahsan berlipat ganda. Pertama, karena gelar juara All England 2019 itu didapatkan Hendra/Ahsan setelah tak lagi menjadi bagian pelatnas PBSI. Mereka diputus dari bagian Cipayung semata-mata karena usia. 

Selain itu, sukses tersebut memastikan Indonesia meraih gelar juara All England tiga tahun beruntun terakhir ini. Dua edisi sebelumnya, predikat kampiun diraih lewat Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. 

Tambahan gelar itu membuat ganda putra Indonesia menyamai koleksi Denmark (21 gelar juara) dan cuma kalah dari Inggris (28 gelar juara). 

Sebagai pemain profesional, sebutan bagi pebulutangkis yang berkarier di luar pelatnas, Hendra/Ahsan harus menyiapkan akomodasi dan penerbangan sendiri. Begitu pula dengan makanan sepanjang turnamen berjalan. 

Hendra dan Ahsan tak melihat perubahan itu sebagai kesulitan. Mereka justru tertantang untuk terus membuktikan kalau mereka belum habis. 

"Kami ingin lolos ke Olimpiade 2020. Kami membawa semangat muda, semangat menolak tua hahaha," kata Ahsan

"Betul. Kami akan terus semangat seperti yang lainnya. Kami, meskipun sudah 30 ke atas, akan menjalani latihan yang sama, porsi yang juga sama. kami tidak boleh ketinggalan, jangan sampai," dia menegaskan. 

Hendra tak kalah bersemangat. Dia tak takut untuk melahap porsi latihan yang setara dengan pemain muda. 

"Kami sudah tak lagi muda, tapi kami tetap mengikuti, kami tetap menghabiskan program yang ada juga," dia menambahkan.
Share:

Popular Posts

infoprediksi816agent.blogspot.com

www.816win.com

infoprediksi816agent.blogspot.com

www.816agent.com